Jumat, 09 September 2016

Adónde va, Senor Robertino?

Jelang putaran kedua Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016. Persib Bandung terus berbenah. Tidak tercapainya target pelatih Djadjang Nurdjaman untuk menembus peringkat teratas membuat perombakan skuat menjadi suatu keharusan. Dua wacana utama yang selalu didengungkan adalah perampingan skuat dengan peminjaman para pemain muda, serta penambahan kekuatan dengan melengkapi slot pemain asing.
Setelah kedatangan Diogo Ferreira, pemain blasteran Portugal-Australia yang bisa beroperasi sebagai pemain bertahan atau gelandang, Persib kembali kedatangan pemain asing asal Argentina, yaitu Marcos Abel Flores Bernard. Kedatangan Marcos Flores ini juga semakin memperkuat koneksi sepakbola Australia di tubuh Persib. Sebelumnya, klub berjuluk Maung Bandung tersebut sudah memiliki Diogo dan juga Sergio van Dijk yang pernah merumput di kompetisi negeri kangguru.
Marcos Flores sendiri memiliki Curriculum Vitae yang bisa dibilang sangat menarik. Dia sempat memperkuat kesebelasan-kesebelasan besar di Liga Australia, dan bahkan sempat meraih penghargaan pemain asing terbaik Liga Australia pada tahun 2011. Flores juga sempat bermain untuk salah satu peserta Liga Super Tiongkok, Henan Jiaye FC. Juga pengalamannya bermain sebentar di Liga Super Amerika Utara bersama Jacksonville Armada. Singkatnya, Marcos Flores punya segudang pengalaman bermain yang cukup banyak.
Kedatangan Marcos Flores tentu akan menjadi tambahan amunisi yang sangat bagus bagi Persib. Tetapi kedatangan Flores juga kemudian menimbulkan pertanyaan terkait nasib dari playmaker asing lain yang dimiliki oleh Persib, yaitu Robertino Pugliara, karena keduanya memiliki posisi yang serupa. Apalagi beberapa faktor yang membuat Flores nyatanya memiliki nilai lebih ketimbang Robertino.
Selain faktor pengalaman bermain yang lebih beragam, Flores juga memiliki usia yang lebih muda ketimbang Robertino. Hal ini bisa diasumsikan bahwa Flores memiliki fisik yang lebih segar. Sangat terlihat dalam beberapa pertandingan terakhir bagaimana penampilan Robertino sudah mulai melewati masa terbaiknya. Dalam beberapa kesempatan ia terlihat agak “malas” untuk turun ke belakang membantu pertahanan atau bahkan sekadar menjemput bola untuk memulai serangan. Karena barang jualan utama seorang atlet adalah fisik. Maka perbedaan dua tahun bisa saja menjadi pembeda yang sangat berpengaruh. Terlebih Flores merupakan pemain yang handpicked oleh Djadjang Nurdjaman sendiri. Bukan pemain bawaan dari pelatih sebelumnya. Satu-satunya yang menjadi nilai lebih dari Robertino adalah pengalamannya malang melintang di sepakbola Indonesia. Ada kemungkinan sangat besar bahwa Robertino nantinya akan terpinggirkan.
Meskipun sebenarnya ada banyak opsi taktis yang memungkinkan Robertino tetap bisa dipasang bersamaan dengan Marcos Flores. Robertino bisa saja ditempatkan melebar menjadi satu diantara tiga gelandang serang. Peran ini memungkinkan Robertino untuk menjadi partner Flores dalam urusan membagi bola dan mengatur permainan. Mesut Ozil beberapa kali menjalani peran wide playmaker seperti ini ketika berseragam Real Madrid. Makan Konate di musim juara tahun 2014 pun dalam suatu kondisi akan berperan dalam posisi ini seketika serangan tim mengalami kebuntuan. Namun sepertinya Djanur lebih menyenangi tipe pemain sayap dengan kecepatan untuk posisi sepertiga akhir lapangan bagian penyerangan timnya. Lord Atep pasti mengunci satu tempat di tim utama, dan Zulham Zamrun pun sudah mulai menemukan permainan terbaiknya. Peluang Robertino bermain di posisi ini juga tampaknya agak sulit.
Karena posisi naturalnya adalah gelandang, Robertino punya kemungkinan untuk bermain lebih dalam dan bersanding dengan Hariono sebagai gelandang tengah. Tapi melihat kecenderungannya yang agak sulit untuk turun jauh juga memupus kemungkinan ia akan bermain di posisi tersebut. Dan sepertinya posisi tersebut juga sepertinya akan diberikan kepada pemain asing lain, yaitu Diogo Fereira. Sebenarnya ada satu opsi lain yaitu memainkan Robertino sebagai false nine. Wacana ini tentu unik karena akan menghadirkan dimensi serangan yang berbeda ketimbang tim peserta lain di ISC. Tapi melihat Sergio van Dijk yang juga sudah mulai menemukan kembali ketajamannya. Mungkin kita tidak akan melihat Robertino sebagai ujung tombak Persib Bandung.
Statistik Robertino selama putaran pertama ISC pun bisa dibilang bukan sesuatu yang buruk. 15% dari 19 gol yang dicetak oleh Persib sepanjang putaran pertama berasal dari kaki pemain asal Argentina ini. Uniknya, gol yang dicetak oleh Robertino merupakan yang terdekat dan yang paling jauh ketimbang gol-gol lain.
Opsi-opsi yang sudah dijelaskan sebelumnya merupakan pilihan ketika tim mengalami kondisi tertentu. Bukan suatu skema yang memang menjadi patokan utama tim. Sudah disadari sekali oleh banyak bobotoh bahwa kedatangan Flores dipastikan akan menyulitkan Robertino. Meskipun sang pemain beberapa kali membuat pernyataan profesional bahwa ia sangat senang dengan kedatangan pemain baru yang dianggap akan membawa tim ke arah lebih baik. Mencadangkan pemain asing tentu rasanya akan sangat mubazir. Seperti ada jalan buntu dalam langkah selanjutnya untuk seorang Robertino Pugliara di Persib Bandung.
Adonde va, Senor Robertino?
Bade kamana, Senor Robertino?
Penulis: Aun Rahman berakun twitter @aunrrahman
/SIMAMAUNG.COM

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review