Jelang putaran kedua Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016. Persib
Bandung terus berbenah. Tidak tercapainya target pelatih Djadjang
Nurdjaman untuk menembus peringkat teratas membuat perombakan skuat
menjadi suatu keharusan. Dua wacana utama yang selalu didengungkan
adalah perampingan skuat dengan peminjaman para pemain muda, serta
penambahan kekuatan dengan melengkapi slot pemain asing.
Setelah kedatangan Diogo Ferreira, pemain blasteran
Portugal-Australia yang bisa beroperasi sebagai pemain bertahan atau
gelandang, Persib kembali kedatangan pemain asing asal Argentina, yaitu
Marcos Abel Flores Bernard. Kedatangan Marcos Flores ini juga semakin
memperkuat koneksi sepakbola Australia di tubuh Persib. Sebelumnya, klub
berjuluk Maung Bandung tersebut sudah memiliki Diogo dan juga Sergio
van Dijk yang pernah merumput di kompetisi negeri kangguru.
Marcos Flores sendiri memiliki
Curriculum Vitae yang bisa
dibilang sangat menarik. Dia sempat memperkuat kesebelasan-kesebelasan
besar di Liga Australia, dan bahkan sempat meraih penghargaan pemain
asing terbaik Liga Australia pada tahun 2011. Flores juga sempat bermain
untuk salah satu peserta Liga Super Tiongkok, Henan Jiaye FC. Juga
pengalamannya bermain sebentar di Liga Super Amerika Utara bersama
Jacksonville Armada. Singkatnya, Marcos Flores punya segudang pengalaman
bermain yang cukup banyak.
Kedatangan Marcos Flores tentu akan menjadi tambahan amunisi yang
sangat bagus bagi Persib. Tetapi kedatangan Flores juga kemudian
menimbulkan pertanyaan terkait nasib dari
playmaker asing lain
yang dimiliki oleh Persib, yaitu Robertino Pugliara, karena keduanya
memiliki posisi yang serupa. Apalagi beberapa faktor yang membuat Flores
nyatanya memiliki nilai lebih ketimbang Robertino.
Selain faktor pengalaman bermain yang
lebih beragam, Flores juga memiliki usia yang lebih muda ketimbang
Robertino. Hal ini bisa diasumsikan bahwa Flores memiliki fisik yang
lebih segar. Sangat terlihat dalam beberapa pertandingan terakhir
bagaimana penampilan Robertino sudah mulai melewati masa terbaiknya.
Dalam beberapa kesempatan ia terlihat agak “malas” untuk turun ke
belakang membantu pertahanan atau bahkan sekadar menjemput bola untuk
memulai serangan. Karena barang jualan utama seorang atlet adalah fisik.
Maka perbedaan dua tahun bisa saja menjadi pembeda yang sangat
berpengaruh. Terlebih Flores merupakan pemain yang handpicked
oleh Djadjang Nurdjaman sendiri. Bukan pemain bawaan dari pelatih
sebelumnya. Satu-satunya yang menjadi nilai lebih dari Robertino adalah
pengalamannya malang melintang di sepakbola Indonesia. Ada kemungkinan
sangat besar bahwa Robertino nantinya akan terpinggirkan.
Meskipun sebenarnya ada banyak opsi taktis yang memungkinkan
Robertino tetap bisa dipasang bersamaan dengan Marcos Flores. Robertino
bisa saja ditempatkan melebar menjadi satu diantara tiga gelandang
serang. Peran ini memungkinkan Robertino untuk menjadi partner Flores
dalam urusan membagi bola dan mengatur permainan. Mesut Ozil beberapa
kali menjalani peran
wide playmaker seperti ini ketika
berseragam Real Madrid. Makan Konate di musim juara tahun 2014 pun dalam
suatu kondisi akan berperan dalam posisi ini seketika serangan tim
mengalami kebuntuan. Namun sepertinya Djanur lebih menyenangi tipe
pemain sayap dengan kecepatan untuk posisi sepertiga akhir lapangan
bagian penyerangan timnya. Lord Atep pasti mengunci satu tempat di tim
utama, dan Zulham Zamrun pun sudah mulai menemukan permainan terbaiknya.
Peluang Robertino bermain di posisi ini juga tampaknya agak sulit.
Karena posisi naturalnya adalah gelandang, Robertino punya
kemungkinan untuk bermain lebih dalam dan bersanding dengan Hariono
sebagai gelandang tengah. Tapi melihat kecenderungannya yang agak sulit
untuk turun jauh juga memupus kemungkinan ia akan bermain di posisi
tersebut. Dan sepertinya posisi tersebut juga sepertinya akan diberikan
kepada pemain asing lain, yaitu Diogo Fereira. Sebenarnya ada satu opsi
lain yaitu memainkan Robertino sebagai
false nine. Wacana ini
tentu unik karena akan menghadirkan dimensi serangan yang berbeda
ketimbang tim peserta lain di ISC. Tapi melihat Sergio van Dijk yang
juga sudah mulai menemukan kembali ketajamannya. Mungkin kita tidak akan
melihat Robertino sebagai ujung tombak Persib Bandung.
Statistik Robertino selama putaran pertama ISC pun bisa dibilang
bukan sesuatu yang buruk. 15% dari 19 gol yang dicetak oleh Persib
sepanjang putaran pertama berasal dari kaki pemain asal Argentina ini.
Uniknya, gol yang dicetak oleh Robertino merupakan yang terdekat dan
yang paling jauh ketimbang gol-gol lain.
Opsi-opsi yang sudah dijelaskan sebelumnya merupakan pilihan ketika
tim mengalami kondisi tertentu. Bukan suatu skema yang memang menjadi
patokan utama tim. Sudah disadari sekali oleh banyak bobotoh bahwa
kedatangan Flores dipastikan akan menyulitkan Robertino. Meskipun sang
pemain beberapa kali membuat pernyataan profesional bahwa ia sangat
senang dengan kedatangan pemain baru yang dianggap akan membawa tim ke
arah lebih baik. Mencadangkan pemain asing tentu rasanya akan sangat
mubazir. Seperti ada jalan buntu dalam langkah selanjutnya untuk seorang
Robertino Pugliara di Persib Bandung.
Adonde va, Senor Robertino?
Bade kamana, Senor Robertino?
Penulis: Aun Rahman berakun twitter @aunrrahman